Selasa, 13 September 2011

Sang Rockstar Ekonomi Dunia "Dari Indonesia"

oleh JONATHAN PRYKE*
12 September 2011
Australia National University (ANU) biasa mendapatkan kunjungan dari figur atau akademisi ternama di dunia, tapi ketika seorang Managing Director World Bank Sri Mulyani memberikan kuliah mengenai krisis ekonomi di kampus ANU, beliau diperlakukan begitu istimewa, melebihi figur ternama lainnya. Sri Mulyani diperlakukan sebagai seorang selebriti atau rockstar.
Dan sejujurnya, saya tidak pernah melihat seorang pembicara membutuhkan waktu 45 menit hanya untuk keluar dari gedung Crawford School setelah memberikan kuliah (karena sambutan yang luar biasa-red).
Sri Mulyani Indrawati adalah sebuah contoh langka kombinasi antara selebriti dan substansi. Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan di Indonesia pada usia 43 tahun, dan menjadi contoh keberhasilan dalam mengendalikan ekonomi negara terbesar di Asia Tenggara.

Sri Mulyani terkenal karena keberhasilannya meningkatkan penerimaan pajak Indonesia dengan mentransformasi (mengubah) kantor pajak yang sangat korup, selain juga keberhasilannya mengendalikan ekonomi Indonesia pada masa krisis tahun 2008. Hasilnya? Sri Mulyani membangun reputasinya sebagai seorang pembuat kebijakan dengan integritas yang tinggi dan mendapatkan penghormatan dari beberapa kolega kerjanya.
Mengenai opininya terhadap Sri Mulyani, James Castle, founder dari lembaga konsultasi Castle Asia, pernah berkata, “Dia [Sri Mulyani] bisa menjadi Menteri Keuangan di negara manapun di dunia ini, dia sungguh hebat.”
Pada tahun 2010, ditengah-tengah tekanan politik yang menimpanya, Sri Mulyani mengundurkan diri dari jabatan Menteri Keuangan dan menerima pekerjaan sebagai salah satu Managing Director World Bank.
Ada beberapa kabar burung yang menyiratkan akan kembalinya Sri Mulyani ke dunia politik sekembalinya dari Washington. Hal ini ditunjukkan oleh para pendukung Sri Mulyani dengan mendeklarasikan partai politik baru yang diidentikkan dengan namanya. Namun, mengenai spekulasi terjunnya sang Managing Director World Bank ke politik Indonesia, kita kembalikan pada Sri Mulyani sendiri.
Tetapi apa yang telah dilakukan Sri Mulyani selama menjadi Menteri Keuangan –selain juga jabatan bergengsinya di World Bank– telah memancing antusiasme yang luar biasa bagi para mahasiswa Indonesia di Universitas Australia ini. Bagi mereka, tampaknya ada sebuah kebanggaan sendiri melihat seorang figur yang mewakili sebuah negara berkembang secara sukses dan dalam kapasitas yang sangat tinggi.
Salah satu mahasiswa Indonesia berkata kepada saya, “Kuliahnya sendiri sangat menginspirasi dan saya yakin banyak partisipan yang terkesan dengan kharismanya. Saya sendiri bangga, Indonesia memiliki tokoh yang menjabat sebagai Managing Directors di World Bank,” ujarnya.
Kuliahnya sangat memesona karena sangat tidak teoritis apalagi monoton. Melalui pengalaman pribadinya sebagai Menteri Keuangan Indonesia selama krisis keuangan global, serta bagaimana beliau berinteraksi di forum G20 (forum 20 negara besar dunia), beliau menyampaikan analisis yang sangat mendalam mengenai tantangan G20 kedepan –lebih dalam dan analitis dari seorang akademis atau pembuat kebijakan manapun di dunia.
Keterbukaannya, rasa humornya, dan kemauannya dalam menyampaikan sebuah informasi, yang dapat dibilang sebagai ‘informasi tertutup dalam proses negosiasi internasional’, membuat peserta kuliah tersebut terbius selama 45 menit beliau berbicara.
Sangat memesona kuliah seorang Sri Mulyani hingga ketua acara sekaligus Emeritus Professor Peter Drysdale, seorang dosen senior, bahkan sampai berkomentar bahwa kuliah tersebut adalah ‘salah satu kuliah terbaik yang pernah dihadirinya seumur hidupnya’.
Sejak era 1990an, Jim Wolfenshohn sudah berusaha untuk membuat World Bank lebih populer dengan mendekati beberapa lembaga non-profit. Tapi sekarang ini adalah momen dimana World Bank harus lebih populer lagi terhadap calon nasabah-nasabah yang potensial. Menaruh seorang pemimpin dari negara berkembang pada posisi strategis di birokrasinya (Bank Dunia) adalah sebuah pilihan yang masuk akal– dan tidak ada strategi yang lebih brilian selain dari memilih Sri Mulyani sebagai Managing Director.
Tetapi, mengapa hanya berhenti pada jabatan Managing Director? Itu adalah sebuah tugas yang ‘sangat mudah’ bagi seorang Sri Mulyani. Selain dari keberhasilannya sebagai pembuat kebijakan, keberhasilannya di dunia –tidak hanya di Indonesia– yang membuat dirinya mampu menjadi seorang pemimpin global. Sebagai ibu dari tiga anak dengan gelar doktor di bidang ekonomi, yang dikenal dunia internasional sebagai tokoh yang mampu dan berintegritas tinggi, Sri Mulyani adalah sebuah inspirasi bagi generasi baru pemimpin di seluruh dunia.
Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, seorang Sri Mulyani –jika tidak pulang kembali ke Indonesia– adalah sebuah figur yang sangat cocok untuk menjadi presiden World Bank berikutnya. Masa jabatan dari presiden World Bank yang sekarang, Robert Zoellick, akan berakhir pada tahun 2012. Inilah saatnya merencanakan sebuah regenerasi dalam tubuh World Bank.
* Jonathan Priyke adalah peneliti di Development Policy Center. Artikel ini merupakan terjemahan dari tulisannya yang berjudul: Sri Mulyani Indrawati: Rockstar and next World Bank President?
* Sumber: Development Policy Blog di http://devpolicy.org
* Terjemahan oleh Putera Satria Sambijantor
*di kutip dari: http://worldbanknews.wordpress.com

0 komentar:

Label

Entri Populer

About Me